Dekan FK UNISA Yogyakarta Soroti Kasus Viral di RSUD Sekayu
Kasus viral seorang dokter di RSUD Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, yang dimarahi keluarga pasien dan dipaksa membuka masker, menuai perhatian publik. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, dr. Joko Murdiyanto, Sp.An., MPH., FISQua., menyampaikan pandangan bahwa insiden tersebut merupakan gambaran nyata pentingnya komunikasi yang sehat antara tenaga medis, pasien, dan keluarga pasien, Selasa (19/8).
“Barangkali ada masalah komunikasi antara dokter dan pihak keluarga yang asimetris. Membangun komunikasi antara dokter dan pasien itu bukan hal yang mudah,” ujar dr. Joko dalam wawancara.
Ia menilai bahwa berdasarkan tayangan video, tindakan keluarga pasien dapat dikategorikan sebagai bentuk intimidasi. “Dengan suara keras dan memaksa dokter melepas masker, itu jelas tidak menghormati pihak dokter,” tegasnya.
Menurut dr. Joko, keputusan seorang dokter untuk memakai masker bukan tanpa alasan. “Dokter memakai masker tentu sudah dengan pertimbangan matang, selain melindungi dirinya juga melindungi pasien dari risiko penularan penyakit,” jelasnya.
Lebih jauh, dr. Joko menekankan bahwa komunikasi dokter dengan pasien maupun keluarganya harus dibangun dengan baik, dengan memperhatikan beberapa aspek penting. “Gunakan bahasa awam untuk menjelaskan masalah yang dihadapi pasien, waktunya harus tepat, sampaikan secara rutin dan konsisten perkembangan kondisi pasien. Itu bisa meminimalkan kesalahpahaman,” terangnya.
Selain aspek komunikasi, perlindungan hukum dan institusional juga tidak kalah penting. Sesuai AD/ART, anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) berhak mendapatkan perlindungan organisasi selama menjalankan profesinya sesuai kaidah hukum, etik, dan disiplin. “IDI juga harus terus-menerus mengedukasi masyarakat terkait komunikasi dokter-pasien yang memang memiliki dinamika unik,” kata dr. Joko.
Ia juga menambahkan bahwa Fakultas Kedokteran memiliki tanggung jawab untuk membekali mahasiswa dengan pemahaman komprehensif tentang tantangan di lapangan. “Mahasiswa kedokteran harus terus didorong untuk memahami persoalan hukum, etik, dan profesionalitas, serta bagaimana mengimplementasikannya dalam praktik pelayanan pasien setelah lulus menjadi dokter nanti,” pesannya.
Menutup pernyataannya, dr. Joko mengingatkan pentingnya saling menghargai. “Dokter hadir untuk menolong dengan segenap kemampuan. Diperlukan kepercayaan dan komunikasi yang sehat agar tujuan bersama, yaitu keselamatan pasien, dapat tercapai,” pungkasnya.
Komentar
Posting Komentar