UNISA Yogyakarta dan UMY Kolaborasi Capai PHBS Lingkungan dan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Permasalahan sampah rumah tangga kini menjadi sorotan serius, terutama sejak membludaknya Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan. Tak hanya menimbulkan persoalan lingkungan, sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber penyakit, seperti diare, demam berdarah, infeksi kulit, hingga saluran pernapasan. Dalam konteks ini, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menjadi salah satu pendekatan penting untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat, terutama dalam pengelolaan sampah rumah tangga.


 

Sebagai bentuk kontribusi nyata, tim pengabdian masyarakat Universitas 'Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta berkolaborasi dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), serta bekerja sama dengan Kalurahan Balecatur, dan Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) menyelenggarakan workshop bertema “Mencapai PHBS melalui Pengelolaan Sampah yang Tepat”. Kegiatan ini digelar di Balai Kalurahan Balecatur, Kecamatan Gamping, Sleman, pada hari Minggu, tanggal 15 Juni 2025 yang diikuti oleh 60 kader perempuan dari PRA dan Tim Penggerak PKK Balecatur.

“Tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam mengelola sampah rumah tangga serta memahami hubungan langsung antara sampah dan ancaman kesehatan keluarga,” ujar Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) Unisa Yogyakarta, Indriani, S.KM., M.Sc, Rabu (2/7/2025).

Workshop dibagi ke dalam tiga sesi yaitu sesi pembukaan yang disampaikan oleh ketua PKK Balecatur, Nor Faizah Kaeni, S.S., M.A dan ketua PRA Balecatur, Hj. Suprihatin. Sesi kedua penyampaian materi workshop dan sesi ketiga yaitu praktik pengelolaan sampah. Dalam sesi materi pertama, Indriani menyampaikan pentingnya penerapan PHBS pada tatanan rumah tangga, khususnya dalam pengelolaan sampah. Berdasarkan prinsip PHBS, lingkungan rumah yang bersih dan sehat merupakan determinan penting dalam mencegah munculnya berbagai penyakit berbasis lingkungan. “Sampah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, dan tikus, yang berkontribusi terhadap meningkatnya risiko kejadian diare, demam berdarah dengue (DBD), infeksi kulit, hingga gangguan pernapasan,” kata Indriani.

Lebih lanjut, Indriani menekankan bahwa perubahan perilaku dalam pengelolaan sampah terutama melalui pemilahan sampah organik dan anorganik sejak dari sumbernya merupakan bagian integral dari strategi promotif dan preventif dalam upaya kesehatan masyarakat. "Melalui pendekatan PHBS, masyarakat diharapkan tidak hanya memahami pentingnya menjaga kebersihan lingkungan rumah, tetapi juga memiliki kesadaran dan kemauan untuk menerapkan praktik sehat sebagai bagian dari budaya hidup sehari-hari," ujarnya.

Sesi berikutnya disampaikan oleh Nor Faizah Kaeni, S.S., M.A., dosen FIKes UNISA Yogyakarta sekaligus Ketua TP PKK Balecatur. Nor Faizah memaparkan berbagai kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pengelolaan sampah, mulai dari regulasi nasional seperti Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, hingga kebijakan tingkat lokal. Dalam paparannya, ditekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor sebagai wujud pendekatan pentahelix dalam pembangunan, yang melibatkan kader masyarakat, pemerintah kelurahan, organisasi keagamaan, dunia pendidikan, dan masyarakat umum. Sinergi ini dinilai krusial untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan berbasis partisipasi.

Materi dilanjutkan oleh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UMY, Romdzati, S.Kep., Ns., MNS., sekaligus ketua tim pengabdian. Ia menekankan bahwa persoalan sampah sesungguhnya berakar dari perilaku individu di tingkat rumah tangga.  Perubahan perilaku dalam pengelolaan sampah sangat dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap ancaman kesehatan dan manfaat dari tindakan pencegahan. “Oleh karena itu, edukasi tentang pemilahan sampah organik dan anorganik, pengurangan sampah plastik, serta penerapan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang diadaptasi menjadi 3-AH (Cegah, Pilah, Olah) perlu dilakukan secara konsisten dan dimulai dari lingkungan keluarga sebagai agen perubahan utama,” ujar Romdzati.

Sebagai penutup sesi, Yuanita Efhiliana dari komunitas Ayu Jiwa menyampaikan praktik baik pemberdayaan perempuan dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas. Ia menunjukkan bagaimana ibu-ibu rumah tangga dapat mengolah sampah plastik menjadi ecobrick, dan limbah organik menjadi kompos, sebagai bentuk pengelolaan yang ramah lingkungan sekaligus memiliki nilai ekonomi. Pendekatan ini sejalan dengan konsep community empowerment, di mana masyarakat, khususnya perempuan diberi keterampilan dan akses untuk memanfaatkan limbah menjadi produk yang berguna, sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi keluarga.

Lebih dari sekadar solusi lingkungan, pengelolaan sampah rumah tangga juga memiliki potensi ekonomi mikro. Melalui pelatihan ecobrick dan teknik biopori, peserta dibekali keterampilan yang dapat dikembangkan menjadi usaha kecil berbasis lingkungan. “Kader bisa menjadi penggerak bank sampah atau pelatih di lingkungan sekitarnya. Ini bukan hanya perubahan perilaku, tetapi juga pemberdayaan ekonomi,” kata Yuanita.

Sebagai dukungan keberlanjutan, tim UMY turut menghibahkan perangkat biopori kepada seluruh peserta. Dengan alat ini, masing-masing rumah dapat mengolah sampah organik secara mandiri dan mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPS. Antusiasme peserta workshop sangat baik, yang didapatkan dari hasil pretest dan posttest serta survei kepuasan peserta. Hasilnya menunjukkan bahwa 92 persen peserta menyatakan sangat puas terhadap pelaksanaan workshop. Romdzati menutup kegiatan dengan harapan besar, “Kita berharap kader bukan hanya menjadi peserta, tapi agen perubahan. Melalui sinergi antara perguruan tinggi dan organisasi masyarakat seperti PRA dan PKK Balecatur, kami berharap terbentuk ekosistem pemberdayaan yang saling menguatkan, sehingga kader dapat menjadi agen perubahan dalam menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan produktif,” tutupnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pameran Produk Pangan Inovatif Mahasiswa Gizi UNISA Yogyakarta 2025: Transformasi Pangan Lokal Berbasis Teknologi

UNISA Yogyakarta Jadi Tuan Rumah Kongres APTSA ke-12: Tingkatkan Kolaborasi Fisioterapi Asia

AVO UNISA Borong 3 Emas di IBCF 2024