“Suara di Balik Kelir”: Restu Agil, Mahasiswa Berprestasi Teknologi Informasi UNISA yang Menjadi Dalang Harapan Budaya
Di balik kelir yang disorot lampu blencong, terdapat suara lirih namun tegas mengalun, suaranya mampu menyulap tokoh-tokoh wayang menjadi hidup dalam jagad bayang-bayang. Siapa sangka, sosok di balik suara itu, bukanlah maestro tua yang sudah beruban, melainkan pemuda cemerlang yang hidupnya melintasi dunia, teknologi dan tradisi.
Ia adalah
Restu Agil (22), mahasiswa Program Studi Teknologi Informasi (TI) Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta. Sejak dua tahun yang lalu, ia telah menjadi bagian dari
Pamulangan Dhalang Habirandha singkatan dari Hamurwani Biwara Rancangan
Dhalang, sebuah kawah candradimuka bagi para calon dalang muda di bawah naungan
Keraton Yogyakarta.
“Meskipun
gelar "dhalang" bukan saya yang menentukan, perjalanan dan proses
saya di dunia pedalangan benar-benar mulai ketika saya bergabung dengan
Pamulangan Dhalang Habirandha,” ujar Agil pada, Selasa (22/4/2025).
Ketika malam
tiba dan kelir segera digelar, ia menjadi penyambung ruh epos kisah Mahabharata,
Ramayana dan kisah-kisah lokal yang sarat petuah. Suaranya mengayun dari getar sang
Arjuna hingga gelegar Werkudara. Namun, ketika fajar tiba dan layar diturunkan,
ia kembali menjadi mahasiswa TI yang menganalisa sistem, menulis kode dan
menyusun algoritma.
Keunikan yang
dimiliki Agil tidak berhenti disitu saja, dibangku perkuliahan, ia dikenal
sebagai mahasiswa yang memiliki segudang prestasi baik diranah akademik maupun
non akademik. Ia tercatat sebagai lulusan pertama mahasiswa Teknologi Informasi
Angkatan 2021 yang telah diwisudakan bulan April lalu.
“Dibidang
akademik, saya berhasil menempuh pendidikan S1 hanya selama 3,5 tahun dengan
perolehan IPK 3.91 (Dengan Pujian). Dibidang non-akademik, saya berhasil
menjuarai berbagai perlombaan dibidang Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ),”
ungkapnya.
Sosoknya
menjadi bukti nyata, bahwa generasi muda mampu menjembatani nilai-nilai lokal dengan
kemajuan zaman tanpa harus kehilangan akar budayanya. Melalui jejaknya pula, ia
menegaskan bahwa menjadi mahasiswa bukan sekedar meraih nilai tinggi, tetapi
juga membentuk karakter dan memberi makna lebih bagi masyarakat.
“Bagi saya,
menjadi dhalang bukan hanya soal pertunjukan, tetapi juga tentang menanamkan
nilai, mempererat identitas, dan membangun koneksi antara generasi muda dengan
budaya leluhur. Inilah bentuk kontribusi kecil yang bisa saya berikan sebagai
anak muda untuk kebudayaan Indonesia,” tutupnya.
Komentar
Posting Komentar