Tingkatkan Produktivitas dan Nilai Jual, Penjahit Difabel Ikuti Pelatihan Payet dari UNISA Yogyakarta
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menggelar pelatihan payet bagi penjahit difabel di bawah naungan Kharisma Difabel. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pembinaan Industri Rumah Tangga Usaha Mikro (IRT-UM) Berbasis Kemitraan Tahun Anggaran 2024 yang didanai oleh Kemdikbudristek. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, kualitas produk, dan nilai jual karya para penjahit difabel.
Pelatihan yang diselenggarakan pada hari Selasa, 12 November 2024 ini menghadirkan Er Tien Nio, pemilik LPK Modisa yang berpengalaman di bidang payet, sebagai pemateri. Ia didampingi oleh tim dari UNISA Yogyakarta yang terdiri dari Dr. Islamiyatur Rokhmah, S.Ag., M.S.I., dan Siti Nadhir Ollin Norlinta, S.ST.Ft., M.Fis. Kehadiran para ahli ini memberikan jaminan kualitas materi dan pendampingan yang optimal bagi para peserta.
Fokus utama pelatihan ini adalah peningkatan keterampilan menghias busana dengan teknik payet. Payet, sebagai salah satu teknik dekorasi busana, memiliki potensi besar untuk meningkatkan nilai estetika dan harga jual produk. Para peserta diajarkan berbagai teknik, mulai dari dasar hingga lanjutan, meliputi pemilihan jenis payet yang tepat, penyusunan pola hiasan yang menarik, dan penerapan payet pada kain dengan hasil yang rapi, estetis, dan berkualitas tinggi.
Dr. Islamiyatur Rokhmah, S.Ag., M.S.I., salah satu anggota tim UNISA Yogyakarta, menyampaikan bahwa pelatihan ini dirancang untuk memberikan manfaat jangka panjang bagi para peserta.
“Kami berharap, melalui pelatihan ini, para penjahit difabel dapat meningkatkan keterampilan mereka secara signifikan, yang pada akhirnya akan berdampak pada pengembangan usaha mandiri dan peningkatan pendapatan,” ujarnya.
Pelatihan payet ini merupakan langkah awal dari serangkaian kegiatan pemberdayaan yang direncanakan oleh LPPM UNISA. Program ini menunjukkan komitmen UNISA dalam mendukung inklusivitas dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas, untuk berkembang dan berkontribusi di bidang ekonomi kreatif. Dengan semangat inklusivitas, program ini diharapkan mampu membuka jalan baru bagi penjahit difabel untuk terus berinovasi dan memberikan kontribusi nyata di industri mode Indonesia.
Er Tien Nio sebagai pemateri, juga memberikan apresiasi terhadap antusiasme para peserta. “Saya sangat senang melihat semangat belajar yang tinggi dari para peserta. Mereka sangat antusias dan cepat menguasai teknik-teknik yang diajarkan. Saya optimis mereka akan mampu menghasilkan karya-karya payet yang indah dan berkualitas,” ungkapnya.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pihak lain untuk turut serta dalam upaya pemberdayaan masyarakat, khususnya penyandang disabilitas. Kolaborasi antara perguruan tinggi, praktisi, dan komunitas difabel merupakan langkah strategis untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Komentar
Posting Komentar